BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sang
Pencipta menciptakan manusia bukanlah untuk sesuatu yang sia-sia. Manusia
diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhlukNya.
Manusia diberi akal untuk berfikir, hati untuk merasakan kasih sayang Allah SWT
dan tubuh yang menjadi sarana untuk beribadah. Dari segala yang Allah titipkan
itu ada satu ukuran derajat seorang manusia di muka bumi yaitu akhlak.
Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan
yang baik antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat
(habluminannas). Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia
agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk
menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa
faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini
dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya
yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan
keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam
kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin
keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
permasalahan yang telah penyusun kemukakan diatas, maka penulis
mengidentifikasikan beberapa pertanyaan, ialah sebagai berikut :
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan akhlak, moral dan etika?
1.2.2
Bagaimana klasifikasi perbuatan manusia?
1.2.3
Mengapa agama sebagai sumber akhlak?
1.2.4
Bagaimana manfaat mempelajari ilmu akhlak?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan akhlak, moral dan etika.
1.3.2
Untuk mengetahui klasifikasi perbuatan manusia.
1.3.3
Untuk mengetahui agama sebagai sumber akhlak.
1.3.4
Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu akhlak.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak, Moral dan Etika
2.1.1
Pengertian Akhlak
Pengertian
akhlak dalam Islam dari segi bahasa berasal dari kata khuluq
yang berarti perilaku, perangai, atau tabiat. Maksud ini terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak
Rasulullah SAW yang artinya “akhlaknya (Rasulullah) adalah al-qur’an”. Akhlak
Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas
adalah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah SAW
yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran Al-qur’an.
Pengertian akhlak dalam Islam dari
segi bahasa berarti budi pekerti, adab, sopan , tingkah laku, dan tata susila. Menurut tokoh-tokoh psikologi Islam, takrif akhlak
perlu dilihat dari dua sudut. Pertama, Bataniah, yaitu akhlak merupakan satu
ilmu yang membahas masalah-masalah manusia yang mengupas hal-hal kewajiban. Kedua, dari Suluq
Azzahariah, akhlak ialah satu cara atau jalan yang memperlihatkan sesuatu yang
berbentuk zahir. Tutur kata, tingkah laku, dan watak yang menjadi ukuran
pribadinya.
Pengertian akhlak dalam Islam menurut Al Ghazali adalah suatu
keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa
memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan
terpuji menurut syara dan akal, perbuatan itu dinamakan akhlak mulia,
sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Tujuan pengertian akhlak dalam Islam
adalah menghasilkan nilai akhlak saja, bukan nilai materi, nilai kemanusiaan
atau nilai kerohanian. Selain itu, nilai-nilai ini tidak boleh dicampuradukan dengan akhlak agar
tidak terjadi kebimbangan dalam memiliki akhlak beserta sifat-sifatnya. Perlu diperhatikan disini,
nilai materi harus dijauhkan dari akhlak karena akan menghasilkan pelaksanaan
akhlak yang hanya mencari keuntungan. Justru hal ini akan sangat membahayakan
akhlak.
2.1.2
Pengertian
Moral
Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip
tingkah laku manusia yang sejalan dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Meskipun
etika dan moral mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari,
namun dari sisi lain mempunyai unsur perbedaan, misalnya :
2.1.2.1 Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang
ada. Karena itu, etika merupakan suatu ilmu.
2.1.2.2 Istilah moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan
yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu
perbuatan manusia.
2.1.3
Pengertian Etika
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti
adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral). Etika berbicara tentang
kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar
manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan
mana yang buruk menurut perbuatan manusia.
Istilah Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya
sebagai suatu ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan
perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlaq
sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi
istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlak dinyatakan sama bila
ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila ditinjau dari segi sumber pokoknya maka
tentu keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari filsafat yunani, tetapi
ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-qur’an dan hadits dan sumber
pengembangannya adalah filsafat.
Istilah akhlaq dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat
dilihat perbedaanya bila dipandang dari objeknya di mana akhlaq menitikberatkan
perbuatan terhadap tuhan dan sesama manusia, sedangkan moral, kesusilan dan
kesopanan hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka
istilah akhlaq sifatnya teosentris meskipun akhlaq itu ada yang tertuju kepada
manusia dan makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt
semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk
manusia saja karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian
saja).
A.M Saefudin menyimpulkan lebih
jelas, akhlak atau system perilaku terwujudkan melalui proses aplikasi system
nilai/norma yang bersumber dari al-qur’an dan hadist. Akhlak islam mengarahkan,
membimbing, mendorong dan membangun peradaban manusia dan mengobati bagi
penyakit sosial dari jiwa dan mental. Sedangkan etika terbentuk dari sistem
nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat dan dapat berubah
menurut kesepakatan dan persetujuan dari masyarakatnya pada dimensi waktu dan
ruang tertentu. Sistem etika ini sama sekali bebas nilai dan lepas dari
habluminallah, karena etika adalah cabang filsafat, oleh karena itu dasarnya
adalah fikiran manusia. Sementara moral adalah aplikasi dari nilai-nilai yang
dirumuskan etika.
2.2 Klasifikasi
Perbuatan manusia
Dalam
pandangan ulama klasik terutama al-Ghazali membagi akhlak pada akhlak mahmudah
dan akhlak mazmumah. Diantara perbuatan yang berkategori akhlak mahmudah adalah
al-amanah yaitu setia, jujur, dan dapat dipercaya. Lalu al-Sidqu yang berarti
berkata benar, al-adil yang berarti adil, al-afwu yang berarti pemaaf, al-wafa’
yang berarti menepati janji, al-sabru yang berarti sabar, al-rahmah yang
berarti kasih sayang, al-sakha’u yang berarti murah hati, al-ta’awun yang
berarti penolong, al-ikha yang berarti persaudaraan, al-tawadhu yang berarti
merendahkan diri, al-qana’ah yang berarti merasa cukup dan tidak berlebihan,
al-sakinah yang berarti tenang dan tentram, dan al-rifqu yang berarti lemah
lembut.
Sedangkan
perbuatan yang berkategori akhlak mazmumah atau perbuatan tercela yaitu aninah
yang artinya egoistis, albagyu yang artinya lacur, al-bakhil yang artinya
kikir, al-Zulm yang artinya aniaya, al-ghadab berarti pemarah, al-ghibah yang
berarti pengumpat, al-namumah yang berarti adu domba, al-hasad yang berarti
dengki, al-istikbar yang berarti sombong, al-kufran yang berarti ingkar nikmat,
al-liwat yang berarti homoseks, al-riya’ yang berarti ingin dipuji, al-kizb
yang berarti dusta, al-ifsad yang berarti berbuat kesalahan, al-ajalah yang
berarti tergesa-gesa, al-syahwat yang berarti mengikuti hawa nafsu, dan lain
sebagainya.
2.3 Agama
sebagai Sumber Akhlak
Islam, sebagaimana dinyatakan dalam
Al-Qur’an mengajak pemeluknya untuk menjalani kehidupan ini seideal mungkin dan
secara keseluruhan dalam semua seginya dan menjadikan Al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai rujukannya. Ketika seseorang sudah bersyahadat dan menyatakan diri
sebagai seorang muslim, secara otomatis dia langsung dia langsung terikat pada
tuntutan-tuntutan normatif yang telah ditetapkan, tidak ada kompromi apalagi
tawar menawar. Itulah perwujudan al-islam yang berarti kepasrahan.
Al-Qur’an sebagai bacaan sekaligus pedoman hidup manusia
sarat dengan tatanan nilai dan norma yang menjamin kebahagiaan manusia di dunia
maupun di akhirat. Islam meletakkan landasan perbuatan bagi perkembangan
manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Ruang
lingkup agama islam tidak terbatas mengenai kehidupan akhirat saja melainkan
berurusan dengan kehidupan dunia, agar dengan hidup lurus didunia, maunusia
mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya
Al-Quran membahas macam-macam pokok persoalan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia didunia. Al-Qur’an tidak hanya membahas cara-cara beribadah, membahas
bentuk-bentuk penyembahan kepada Tuhan, membahas bagaimana cara berhubungan
dengan Tuhan, bahkan Al-Qur’an membahas masalah-masalah disekeliling kita,
membahas soal hubungan antar sesame manusia, membahas kehidupan sosial dan
politik, aturan perkawinan, pelayanan terhadapa kepentingsn umum dan bahkan
binatang dan urusan-urusan lain yang kalau ditangani dengan seksama akan
memungkinkan orang memperoleh hidup bahagia.
Islam meletakkan dasar persatuan bagi umat manusia yang tak
pernah diimpikan oleh pembaharu atau agama lain. Islam telah meletakkan
persaudaraan umat manusia yang tak mengenal perbedaan warna kulit, suku,
bangsa, Negara bahasa atau derajat. Islamlah yang telah meletakkan dasar
persatuan umat manusia yang tak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia.
Islam bukan saja mengakui persamaan hak sipil dan hak politik manusia melainkan
pula mengakui persamaan hak dalam bidang rohani.
Akhlak adalah ajaran isalam yang paling dasar. Jika menengok
pada ajaran islam dan kita mulai yang paling dasar atau yang paling sederhana,
kita akan dapati bahwa akhlak merupakan kepribadian Rasul saw dan menjadi sifat
dari ajaran islam yang dibawakannya. Hadist Rasulullah saw “sesungguhnya aku
diutus tiada lain kecuali supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”. Hadist ini
menunjukkan bahwa tugas dan misi kerasulan Muhammad saw adalah menyempurnakan
akhlak. Artinya, akhlak memang menjadi risalah diutusnya Nabi Muhammad sebagai
penutup para nabi dan rasul. Menyempurnakan akhlak sudah barang tentu merupakan
tugas yang amat berat.
Dalam pandangan islam, akhlak merupakan satu-satunya ukuran
ukuran dan menjadi garis pemisah antara mana perbuatan yang baik dan mana
perbuatan yang tidak baik. Artinya perilaku manusia bisa disebut berkualitas,
jika perilaku tersebut disertai dengan akhlak yang baik, sebaliknya jika suatu
perbuatan itu tidak disertai akhlak maka perbuatan itu merupakan perbuatan yang
jelek dan tidak berkualitas, baik dalam pandangan manusia lebih-lebih menurut
Allah. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung pada keberadaan akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka
sejahteralah lahir dan batinnya. Sebaliknya, jika akhlaknya rusak maka rusaklah
lahir batinnya.
Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah
laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali
melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan
untuk berbuat. Dengan kata lain, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, sehingga tidak memerlukan
dorongan dari luar.
Akhlak bukan sekedar sopan santun dan tata karma yang
bersifat lahiriah dari seseoraang kepada orang lain. Makna akhlak jauh lebih
luas dari pada itu, karena akhlak yang bersifat lahiriah semata tanpa diikuti
tekat dan semangat batiniah ibarat tubuh tanpa roh. Harus ada pemahaman yang
benar tentang akhlak.
Akhlak adalah sikap dan perilaku manusia dalam menjalani
kehidupannya dimuka bumi ini. Sikap dan perilaku manusia sangat dipengaruhi
lingkungannya. Setiap kelompok masyarakat dalam memandang benar atau salah,
baik atau buruk, itu berbeda. Nilai-nilai akhlak adalah bagian dari wujud
abstrak kebudayaan yang yang menjadi pedoman bagi perilaku manusia. Keterkaitan
antara nilai dan sikap hidup inilah yang kita sebut sebagai akhlak atau moral.
Salah satu akhlak yang dianggap menonjol dari manusia adalah kebergantungannya
pada masyarakat. Kepribadian setiap manusia hamper sama sekali bersifat sosial.
Mereka akan mengikuti apa-apa yang ada disekitarnya.
2.4 Manfaat
mempelajari ilmu akhlak
Dengan
mempelajari ilmu akhlak, diharapkan setiap muslim mampu mengaplikasikan
ajaran-ajaran terpuji yang bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Berkenaan
dengan hal ini dalam kutipan buku “Akhlak Tasawuf” karangan Abudin Nata, Ahmad
Amin mengatakan sebagai berikut:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik , sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk. Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya tuhan. (Abudin Nata 1996:13).
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik , sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk. Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya tuhan. (Abudin Nata 1996:13).
Tujuan
lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang yang
mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Amin
menjelaskan etika (akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik.
Kedudukannya hanya sebagai dokter. Ia menjelaskan kepada pasien tentang bahaya
minuman keras dan dampak negatifnya terhadap akal. Si pasien boleh memilih
informasi yang disampaikan dokter tersebut: meninggalkannya agar tubuhnya sehat
atau tetap meminumnya dan dokter tidak dapat mencegahnya. Etika tidak dapat
menjadikan manusia baik atau buruk. Etika tidak akan bermanfaat apa-apa jika
petunjuk-petunjuknya tidak diikuti. Tujuan etika bukan hanya sebagai teori,
tetapi juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci serta
menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan
lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat
zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilik nya termasuk
perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan
perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat
menerima Nur cahaya Tuhan. Keterangan tersebut memberikan panduan kepada
manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya
menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau buruk
Selanjutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan
yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan baik, dan
perbuatan yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan
baik dan perbuatan yang buruk. Selain itu ilmu akhlak berguna secara efektif
dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa dan maksiat.
Jika tujuan ilmu akhlak tersebut
tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya
melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah
keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang
memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan
juga di akhirat.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari materi yang disampaikan dapat
disimpulkan bahwa dasar dari akhlak Islam secara
global hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari
kemudian/hari pembalasan, sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa sistem
moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan
setelah mati. Karakteristik akhlakul karimah
tidak terlepas dari ilmu keislaman. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh
bangunnya suatu
masyarakat
tergantung pada keberadaan akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir dan batinnya,
begitu pula sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin.
2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers.
Tiswarni. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Bina Pratama
Elmubarok,
Zaim, dkk. 2013. Islam
Rahmatan Lilalamin. Semarang: Unnes Press
terima kasih banyak artikel nya . sangat inspiratif banget kali ini saya mulai memahami agama adalah sumber moral yang paling utama
BalasHapus