SpongeBob SquarePants
SpongeBob SquarePants

Minggu, 28 Juni 2015

AKHLAK DALAM ISLAM MELIPUTI PENGERTIAN AKHLAK, MORAL DAN ETIKA, KLASIFIKASI PERBUATAN MANUSIA DAN AGAMA SEBAGAI SUMBER AKHLAK

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sang Pencipta menciptakan manusia bukanlah untuk sesuatu yang sia-sia. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk-makhlukNya. Manusia diberi akal untuk berfikir, hati untuk merasakan kasih sayang Allah SWT dan tubuh yang menjadi sarana untuk beribadah. Dari segala yang Allah titipkan itu ada satu ukuran derajat seorang manusia di muka bumi yaitu akhlak.
 Akhlak merupakan tiang yang menopang hubungan yang baik antara hamba dengan Allah SWT (habluminallah) dan antar sesama umat (habluminannas). Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak  manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.







1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah penyusun kemukakan diatas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa pertanyaan, ialah sebagai berikut :
1.2.1        Apa yang dimaksud dengan akhlak, moral dan etika?
1.2.2        Bagaimana klasifikasi perbuatan manusia?
1.2.3        Mengapa agama sebagai sumber akhlak?
1.2.4        Bagaimana manfaat mempelajari ilmu akhlak?


1.3  Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan akhlak, moral dan etika.
1.3.2        Untuk mengetahui klasifikasi perbuatan manusia.
1.3.3        Untuk mengetahui agama sebagai sumber akhlak.
1.3.4        Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu akhlak.













BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Akhlak, Moral dan Etika
2.1.1        Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak dalam Islam dari segi bahasa berasal dari kata khuluq yang berarti perilaku, perangai, atau tabiat. Maksud ini terkandung dalam kata-kata Aisyah berkaitan akhlak Rasulullah SAW yang artinya “akhlaknya (Rasulullah) adalah al-qur’an”. Akhlak Rasulullah yang dimaksudkan di dalam kata-kata di atas adalah kepercayaan, keyakinan, pegangan, sikap dan tingkah laku Rasulullah SAW yang semuanya merupakan pelaksanaan ajaran Al-qur’an.
Pengertian akhlak dalam Islam dari segi bahasa berarti budi pekerti, adab, sopan , tingkah laku, dan tata susila. Menurut tokoh-tokoh psikologi Islam, takrif akhlak perlu dilihat dari dua sudut. Pertama, Bataniah, yaitu akhlak merupakan satu ilmu yang membahas masalah-masalah manusia yang mengupas hal-hal kewajiban. Kedua, dari Suluq Azzahariah, akhlak ialah satu cara atau jalan yang memperlihatkan sesuatu yang berbentuk zahir. Tutur kata, tingkah laku, dan watak yang menjadi ukuran pribadinya.
Pengertian akhlak dalam Islam menurut Al Ghazali adalah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan akal, perbuatan itu dinamakan akhlak mulia, sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Tujuan pengertian akhlak dalam Islam adalah menghasilkan nilai akhlak saja, bukan nilai materi, nilai kemanusiaan atau nilai kerohanian. Selain itu, nilai-nilai ini tidak boleh dicampuradukan dengan akhlak agar tidak terjadi kebimbangan dalam memiliki akhlak beserta sifat-sifatnya. Perlu diperhatikan disini, nilai materi harus dijauhkan dari akhlak karena akan menghasilkan pelaksanaan akhlak yang hanya mencari keuntungan. Justru hal ini akan sangat membahayakan akhlak.

2.1.2        Pengertian Moral
Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Meskipun etika dan moral mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain mempunyai unsur perbedaan, misalnya :
2.1.2.1  Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan suatu ilmu.
2.1.2.2  Istilah moral digunakan utnuk memberikan criteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena itu, moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.

2.1.3        Pengertian Etika
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus bahasa indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral). Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk menurut perbuatan manusia.
Istilah Etika dan ilmu Aklak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral, kesusilaan, kesopanan, dan akhlaq sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia. Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlak dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-qur’an dan hadits dan sumber pengembangannya adalah filsafat.
Istilah akhlaq dengan moral, kesusilaan dan kesopanan,dapat dilihat perbedaanya bila dipandang dari objeknya di mana akhlaq menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan dan sesama manusia, sedangkan moral, kesusilan dan kesopanan hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka istilah akhlaq sifatnya teosentris meskipun akhlaq itu ada yang tertuju kepada manusia dan makluk-makluk lain,namun tujua utamanya hanya karena Allah swt semata. Tetapi kesusilaan dan kesopanan semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja karena itu istilah tersebut bersifat antroposentris (kemanusian saja).
A.M Saefudin menyimpulkan lebih jelas, akhlak atau system perilaku terwujudkan melalui proses aplikasi system nilai/norma yang bersumber dari al-qur’an dan hadist. Akhlak islam mengarahkan, membimbing, mendorong dan membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental. Sedangkan etika terbentuk dari sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakat dan dapat berubah menurut kesepakatan dan persetujuan dari masyarakatnya pada dimensi waktu dan ruang tertentu. Sistem etika ini sama sekali bebas nilai dan lepas dari habluminallah, karena etika adalah cabang filsafat, oleh karena itu dasarnya adalah fikiran manusia. Sementara moral adalah aplikasi dari nilai-nilai yang dirumuskan etika.

2.2  Klasifikasi Perbuatan manusia
Dalam pandangan ulama klasik terutama al-Ghazali membagi akhlak pada akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Diantara perbuatan yang berkategori akhlak mahmudah adalah al-amanah yaitu setia, jujur, dan dapat dipercaya. Lalu al-Sidqu yang berarti berkata benar, al-adil yang berarti adil, al-afwu yang berarti pemaaf, al-wafa’ yang berarti menepati janji, al-sabru yang berarti sabar, al-rahmah yang berarti kasih sayang, al-sakha’u yang berarti murah hati, al-ta’awun yang berarti penolong, al-ikha yang berarti persaudaraan, al-tawadhu yang berarti merendahkan diri, al-qana’ah yang berarti merasa cukup dan tidak berlebihan, al-sakinah yang berarti tenang dan tentram, dan al-rifqu yang berarti lemah lembut.
Sedangkan perbuatan yang berkategori akhlak mazmumah atau perbuatan tercela yaitu aninah yang artinya egoistis, albagyu yang artinya lacur, al-bakhil yang artinya kikir, al-Zulm yang artinya aniaya, al-ghadab berarti pemarah, al-ghibah yang berarti pengumpat, al-namumah yang berarti adu domba, al-hasad yang berarti dengki, al-istikbar yang berarti sombong, al-kufran yang berarti ingkar nikmat, al-liwat yang berarti homoseks, al-riya’ yang berarti ingin dipuji, al-kizb yang berarti dusta, al-ifsad yang berarti berbuat kesalahan, al-ajalah yang berarti tergesa-gesa, al-syahwat yang berarti mengikuti hawa nafsu, dan lain sebagainya.

2.3  Agama sebagai Sumber Akhlak
Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an mengajak pemeluknya untuk menjalani kehidupan ini seideal mungkin dan secara keseluruhan dalam semua seginya dan menjadikan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai rujukannya. Ketika seseorang sudah bersyahadat dan menyatakan diri sebagai seorang muslim, secara otomatis dia langsung dia langsung terikat pada tuntutan-tuntutan normatif yang telah ditetapkan, tidak ada kompromi apalagi tawar menawar. Itulah perwujudan al-islam yang berarti kepasrahan.
Al-Qur’an sebagai bacaan sekaligus pedoman hidup manusia sarat dengan tatanan nilai dan norma yang menjamin kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat. Islam meletakkan landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Ruang lingkup agama islam tidak terbatas mengenai kehidupan akhirat saja melainkan berurusan dengan kehidupan dunia, agar dengan hidup lurus didunia, maunusia mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi. Itulah sebabnya Al-Quran membahas macam-macam pokok persoalan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia didunia. Al-Qur’an tidak hanya membahas cara-cara beribadah, membahas bentuk-bentuk penyembahan kepada Tuhan, membahas bagaimana cara berhubungan dengan Tuhan, bahkan Al-Qur’an membahas masalah-masalah disekeliling kita, membahas soal hubungan antar sesame manusia, membahas kehidupan sosial dan politik, aturan perkawinan, pelayanan terhadapa kepentingsn umum dan bahkan binatang dan urusan-urusan lain yang kalau ditangani dengan seksama akan memungkinkan orang memperoleh hidup bahagia.
Islam meletakkan dasar persatuan bagi umat manusia yang tak pernah diimpikan oleh pembaharu atau agama lain. Islam telah meletakkan persaudaraan umat manusia yang tak mengenal perbedaan warna kulit, suku, bangsa, Negara bahasa atau derajat. Islamlah yang telah meletakkan dasar persatuan umat manusia yang tak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Islam bukan saja mengakui persamaan hak sipil dan hak politik manusia melainkan pula mengakui persamaan hak dalam bidang rohani.
Akhlak adalah ajaran isalam yang paling dasar. Jika menengok pada ajaran islam dan kita mulai yang paling dasar atau yang paling sederhana, kita akan dapati bahwa akhlak merupakan kepribadian Rasul saw dan menjadi sifat dari ajaran islam yang dibawakannya. Hadist Rasulullah saw “sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali supaya menyempurnakan akhlak yang mulia”. Hadist ini menunjukkan bahwa tugas dan misi kerasulan Muhammad saw adalah menyempurnakan akhlak. Artinya, akhlak memang menjadi risalah diutusnya Nabi Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul. Menyempurnakan akhlak sudah barang tentu merupakan tugas yang amat berat.
Dalam pandangan islam, akhlak merupakan satu-satunya ukuran ukuran dan menjadi garis pemisah antara mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. Artinya perilaku manusia bisa disebut berkualitas, jika perilaku tersebut disertai dengan akhlak yang baik, sebaliknya jika suatu perbuatan itu tidak disertai akhlak maka perbuatan itu merupakan perbuatan yang jelek dan tidak berkualitas, baik dalam pandangan manusia lebih-lebih menurut Allah. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada keberadaan akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir dan batinnya. Sebaliknya, jika akhlaknya rusak maka rusaklah lahir batinnya.
Akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya, didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Dengan kata lain, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, sehingga tidak memerlukan dorongan dari luar.
Akhlak bukan sekedar sopan santun dan tata karma yang bersifat lahiriah dari seseoraang kepada orang lain. Makna akhlak jauh lebih luas dari pada itu, karena akhlak yang bersifat lahiriah semata tanpa diikuti tekat dan semangat batiniah ibarat tubuh tanpa roh. Harus ada pemahaman yang benar tentang akhlak.
Akhlak adalah sikap dan perilaku manusia dalam menjalani kehidupannya dimuka bumi ini. Sikap dan perilaku manusia sangat dipengaruhi lingkungannya. Setiap kelompok masyarakat dalam memandang benar atau salah, baik atau buruk, itu berbeda. Nilai-nilai akhlak adalah bagian dari wujud abstrak kebudayaan yang yang menjadi pedoman bagi perilaku manusia. Keterkaitan antara nilai dan sikap hidup inilah yang kita sebut sebagai akhlak atau moral. Salah satu akhlak yang dianggap menonjol dari manusia adalah kebergantungannya pada masyarakat. Kepribadian setiap manusia hamper sama sekali bersifat sosial. Mereka akan mengikuti apa-apa yang ada disekitarnya.

2.4  Manfaat mempelajari ilmu akhlak
Dengan mempelajari ilmu akhlak, diharapkan setiap muslim mampu mengaplikasikan ajaran-ajaran terpuji yang bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Berkenaan dengan hal ini dalam kutipan buku “Akhlak Tasawuf” karangan Abudin Nata, Ahmad Amin mengatakan sebagai berikut:
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik , sedangkan mengingkari hutang termasuk perbuatan buruk. Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya tuhan. (Abudin Nata 1996:13).
Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Amin menjelaskan etika (akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik. Kedudukannya hanya sebagai dokter. Ia menjelaskan kepada pasien tentang bahaya minuman keras dan dampak negatifnya terhadap akal. Si pasien boleh memilih informasi yang disampaikan dokter tersebut: meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan dokter tidak dapat mencegahnya. Etika tidak dapat menjadikan manusia baik atau buruk. Etika tidak akan bermanfaat apa-apa jika petunjuk-petunjuknya tidak diikuti. Tujuan etika bukan hanya sebagai teori, tetapi juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci serta menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan.
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilik nya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk perbuatan buruk.
Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehinggahati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. Keterangan tersebut memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan baik atau buruk
Selanjutnya ilmu akhlak juga menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk, serta perbuatan apa saja yang termasuk perbuatan baik, dan perbuatan yang buruk itu, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan yang buruk. Selain itu ilmu akhlak berguna secara efektif dalam upaya membersihkan diri manusia dalam perbuatan dosa dan maksiat.
 Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.




















BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari materi yang disampaikan dapat disimpulkan bahwa dasar dari akhlak Islam secara global hanya ada dua yakni: Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya hari kemudian/hari pembalasan, sebagai disebutkan oleh Abul A’la Maududi bahwa sistem moral/akhlak ada yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan setelah mati. Karakteristik akhlakul karimah tidak terlepas dari ilmu keislaman. Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik sebagai individu  maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu masyarakat tergantung pada keberadaan akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir dan batinnya, begitu pula sebaliknya.
















DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2009. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers.
Tiswarni. 2007. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Bina Pratama
Elmubarok, Zaim, dkk. 2013. Islam Rahmatan Lilalamin. Semarang: Unnes Press










1 komentar:

  1. terima kasih banyak artikel nya . sangat inspiratif banget kali ini saya mulai memahami agama adalah sumber moral yang paling utama

    BalasHapus